Jama'ah Virtual Masjid Sunan Kalijaga

Senin, 07 Februari 2011

Ketenangan jiwa dan Penyerahan Diri

Suatu ketika si ibu melakukan perjalanan dengan menumpang perahu layar dari  daratan tempat kediamannya menyeberangi lautan menuju suatu daerah dimana  anaknya sedang menuntut ilmu. Ditengah perjalanan, perahu tiba-tiba datang  badai dan ombak yang sangat ganas menghempaskan perahu, sehingga perahu  layar tersebut berjalan tak tentu arah terbawa ombak. Melihat kejadian  tersebut, semua penumpang kecuali ibu ini, berteriak-teriak histeris karena  ketakutan, ada yang mencari pelampung, ada yang saling berpelukan dengan  anggota keluarga dan teman seperjalanan dan ada juga yang sudah meloncat ke  air untuk berusaha berenang mencari pantai dilautan yang tidak kelihatan  tepiannya. Sang nakhoda tetap berusaha mengendalikan perahu layar tersebut  semampunya dengan harapan jangan sampai perahu itu terbalik dan tenggelam.

Dalam keadaan yang sudah kacau balau tersebut, si ibu tetap duduk dengan  tenang sambil sesekali menengadahkan wajah dan tangannya ke atas dengan  bibir komat-kamit. Seorang awak kapal ternyata memperhatikan si ibu tua itu  dan kemudian ia mendekati seraya berkata :" Ibu... apa yang sedang engkau  lakukan, mengapa ibu diam saja dan tidak berusaha untuk menyelamatkan diri  .."? Lalu sang ibu memndang awak kapal itu dengan senyum yang sangat ikhlas  dan tenang, lalu dia berkata :" apakah yang dapat aku lakukan disaat  seperti ini.."? Awak kapal menjawab :" pergilah cari pelampung atau  masuklah ke sekoci bersama dengan penumpang yang lain" Si ibu kembali  bertanya.." apakah dengan kondisiku yang sedemikian ini akan mampu berebut  pelampung atau mampu bertahan untuk saling mendorong di dalam sekoci yang  sekecil itu..? apakah kapal ini tidak lebih besar dari sekoci itu untuk  tempat berteduk dan berlindung.."? lalu sang awak kapal menjawab :" ibu,  kapal ini akan tenggelam karena sudah terlalu banyak air laut yang masuk" Kemudian si ibu menjawab :" aku sangat berbahagia untuk tetap tinggal di  kapal ini, karena sekoci dan pelampung itu tidak akan pernah sampai ke  daratan yang akan kita tuju, karena mereka tidak akan kuasa menentukan  arahnya, sementara Jikalau Tuhan mengijinkan kapal ini bertahan, maka akan  sampailah kita ke daratan tujuan kita dan aku akan bertemu dengan anakku  yang kucintai yang sedang menungguku disana". Si awak kapal bingung dan  kembali bertanya :" bagaimana sekiranya kita tidak mampu untuk meneruskan  perjalanan dan kita putar haluan untuk kembali..?" si ibu menjawab :" aku  juga akan berbahagia, karena aku akan kembali berkumpul dengan suami ku  yang sedang menunggu ku di rumah.."

Lalu si awak kapal kembali bertanya:"  Bagaimana kalau kapal ini tenggelam dan kita akan mati ditelan ombak  badai..?" si ibu kembali menjawab dengan  tenang dan senyum :" aku juga  akan tetap berbahagia, karena aku akan bertemu dengan anakku yang telah  lama pergi menghadap Sang Penciptanya". Seketika itu  sang awak kapal baru  tersadar.., ternyata ketabahan ibu ini sungguh luar biasa, lalu dengan  tangan yang lembut ia menuntun ibu tua itu untuk masuk menuju ruang awak  kapal serta berkata " Terimakasih Ibu, engkau telah memberiku pelajaran  yang sangat berharga, bahwa hidup harus dihadapi dengan ketenangan jiwa dan  terutama penyerahan diri kepada Tuhan Sang Pencipta"
........[]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar